BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dengan perkembangan teknologi dan
semakin meningkatnya spesialisasi dalam perusahaan, serta semakin banyaknya
perusahaan-perusahaan yang menjadi besar. Perkembangan dunia usaha yang juga
mulai terus berkembang akan menyebabkan persaingan dunia usaha semakin ketat.
Hal ini menyebabkan banyak perusahaan yang berlomba-lomba untuk mencapai
tingkat yang maksimal dalam berproduksi. Karena tujuan utama perusahaan adalah
untuk mendapatkan laba semaksimal mungkin agar dapat mempertahankan
kelangsungan hidup perusahaan. Untuk mencapai tujuan tersebut biasanya
dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satu diantaranya yaitu dengan
tersedianya modal. Struktur modal bukan hanya terbatas pada modal investasi
seperti pada pembiayaan untuk tanah, bangunan, kebutuhan mesin atau peralatan
tetapi juga kebutuhan modal kerja.
Setiap perusahaan selalu membutuhkan modal kerja untuk membelanjai
operasi perusahaannya sehari-hari, misalnya untuk memberikan persekot pembelian bahan mentah, membayar upah buruh,
gaji pegawai dan lain sebagainya. Dari modal kerja yang telah dikeluarkan
tersebut diharapkan dapat kembali lagi masuk dalam perusahaan dalam jangka
waktu yang pendek melalui hasil penjualan produksinya. Kemudian penghasilan
yang diterima tesebut akan dikeluarkan lagi untuk membiayai operasi
selanjutnya.
Mengingat begitu pentingnya peran modal kerja didalam sebuah perusahaan
perlu dilakukan analisis terhadap sumber dan penggunaan modal kerja agar tidak
terjadi penyalahgunaan yang dapat merugikan perusahaan.
Dalam
hal ini perubahan posisi modal kerja perlu mendapat perhatian dalam membuat
analisis tentang kondisi keuangan dan hasil operasi perusahaan, sumber-sumber
dan penggunaan modal kerja pada akhir periode merupakan faktor-faktor penting
dalam membuat penilaian terhadap kegiatan perusahaan yang telah lampau dan
dalam mempertimbangkan kemungkinan yang dapat dicapai pada waktu yang akan
datang. Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, penulis menyusun penulisan ilmiah
ini dengan mengambil judul “ANALISIS SUMBER DAN PENGGUNAAN MODAL KERJA PADA PT.INDOMARET”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan judul dan latar belakang di atas
maka rumusan masalah penulisan ilmiah ini adalah :
1.
Dari manakah sumber-sumber modal kerja yang diperoleh
pada tahun 2000 s/d 2002?
2.
Digunakan untuk apa modal kerja pada tahun 2000 s/d
2002?
3.
Apa yang menyebabkan perubahan posisi modal kerja pada
tahun 2000 s/d 2002 ?
1.3 Batasan Masalah
Ruang lingkup batasan masalah penulisan ini mencakup laporan sumber dan
penggunaan modal kerja sesuai dengan
laporan atau data keuangan yang dipakai tahun 2000 s/d 2002.
1.4 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan ilmiah ini adalah :
1.
Untuk mengetahui sumber modal kerja pada PT. INDOMARET
pada tahun 2000 s/d 2002.
2.
Untuk mengetahui besarnya modal kerja yang dikeluarkan
atau digunakan oleh PT. INDOMARET pada tahun 2000 s/d 2002.
3.
Untuk menganalisis perubahan-perubahan yang terjadi
pada posisi modal kerja, pos-pos transaksi yang mempengaruhi dan dampaknya
terhadap modal kerja tahun 2000 s/d 2002.
1.5 Metodelogi Penelitian
1.
Objek Penelitian
Dalam penelitian ini penulis mengambil
objek dari
Perusahaan : PT.INDOMARET
2. Metode Pengumpulan Data
a. Data Primer
Interview :
dengan mengadakan tanya jawab dengan pihak perusahaan yang berhubungan dengan
keadaan laporan keuangan perusahaan tersebut.
Observasi :
dengan mengadakan penelitian dan peninjauan terhadap suatu kegitan pada
perusahaan
b. Data Sekunder
Yaitu berupa
pengumpulan data yang didapat secara tidak langsung dari perusahaan yang
bersangkutan, seperti perpustakaan dan bursa efek.
3. Metode Analisis Data
Analisis data
penulisan ilmiah ini menggunakan anilisis neraca yang diperbandingkan dalam dua
periode, dan memilahnya menjadi sumber dan penggunaan modal kerja.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Pengertian Modal Kerja
Istilah modal kerja digunakan dalam arti yang
berbeda-beda. Pendekatan yang praktis adalah dengan memperkenalkan penggunaan
istilah yang ditemui pada laporan tahunan perusahaan, dimana modal kerja
didefinisikan sebagai aktiva lancar dikurangi kewajiban lancar. Jhon Fred
Weston dan Thomas E.Copeland (1996 : 327) menjelaskan bahwa modal kerja
merupakan investasi perusahaan dalam bentuk uang tunai, surat berharga, piutang
dan persediaan, dikurangi dengan kewajiban lancar yang digunakan untuk
membiayai aktiva lancar.
Ada tiga konsep atau definisi modal kerja yang umum
dipergunakan menurut Munawir S (1995 : 114), yaitu:
1.
Konsep
kuantitatif
Konsep ini Menitik beratkan kepada kuantum yang diperlukan untuk
mencukupi kebutuhan perusahaan dalam membiayai operasinya yang bersifat rutin
atau menunjukkan jumlah dana yang tersedia untuk tujuan operasi jangka pendek.
Dalam konsep ini menganggap bahwa modal kerja adalah jumlah aktiva lancar.
Dalam konsep ini tidak mementingkan kualitas dari modal kerja,
apakah modal kerja dibiayai para pemilik, hutang jangka pendek, sehingga dengan
modal kerja yang besar tidak mencerminkan tingkat keamanan para kreditur jangka
pendek yang besar juga. Bahkan menurut konsep ini dengan adanya modal kerja
yang besar tidak menjamin kelangsungan operasi yang akan datang, serta tidak
mencerminkan likuiditas perusahaan yang bersangkutan.
2.
Konsep
Kualitatif
Konsep ini menitik beratkan pada kualitas modal kerja, dalam
konsep ini pengertian modal kerja adalah kelebihan aktiva lancar terhadap
hutang lancar. Definisi ini bersifat kualitatif karena menunjukkan tersedianya
aktiva lancar yang lebih besar dari hutang lancar dan menunjukkan pula tingkat
keamanan bagi para kreditur jangka pendek, serta menjamin kelangsungan operasi
dimasa mendatang dan kemampuan perusahaan untuk memperoleh tambahan pinjaman
jangka pendek dengan jaminan lainnya.
3.
Konsep
Fungsional
Konsep ini menitik beratkan pada fungsi dana yang dimiliki dalam
rangka menghasilkan pendapatan (laba)
dari usaha pokok perusahaan. Pada dasarnya dana yang dimiliki oleh perusahaan
sepenuhnya akan digunakan untuk menghasilkan laba, ada sebagian dana yang akan
digunakan untuk memperoleh atau menghasilkan laba dimasa yang akan datang.
Misalnya bangunan, pabrik, alat-alat kantor dan aktiva tetap lainnya.
Ada 2 konsep utama modal kerja menurut James C. Van Horn
dan John M. Wachowicz, Jr. (1997 : 214) yaitu :
1.
Modal Kerja Bersih
Yaitu
perbedaan jumlah aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Konsep ini merupakan
ukuran sejauh mana perusahaan dilindungi dari masalah likuiditas.
2. Modal Kerja Kotor
Yaitu
Investasi perusahaan dalam aktiva lancar (seperti kas, sekuritas, piutang, dan
persediaan).
2.2. Jenis-jenis Modal
Kerja
Modal kerja merupakan kekayaan yang diperlukan oleh
perusahaan untuk menyelenggarakan kegiatan perusahaan sehari-hari. Modal kerja
ini akan selalu berputar sedangkan aktiva lancar yang umumnya akan menjadi uang
kas dalam suatu periode akuntansi.
Mengenai jenis-jenis modal kerja dapat dibedakan menjadi
dua bentuk menurut W.B. Taylor (1995 : 61) yaitu:
1. Modal Kerja Permanen
Yaitu
modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat menjalankan
fungsinya, atau dengan kata lain modal kerja yang secara terus menerus
diperlukan untuk kelancaran usaha. Modal kerja permanen ini dapat dibedakan
menjadi dua yaitu:
1.
Modal Kerja Primer, yaitu jumlah modal kerja minimum
yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin kontinuitas usahanya.
2.
Modal Kerja Normal, yaitu jumlah modal kerja yang
diperlukan untuk menyelenggarakan luas produksi yang normal.
2. Modal Kerja Variabel
Yaitu
modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan sesuai perubahan keadaan,
dan modal kerja ini dibedakan antara:
1.
Modal Kerja Musiman, yaitu modal kerja yang jumlahnya
berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi musim.
2.
Modal Kerja Siklis, yaitu modal kerja yang jumlahnya
berubah-ubah disebabkan Karena fluktuasi konjungsi.
3.
Modal Kerja Darurat, yaitu modal kerja yang besarnya
berubah-ubah karena adanya keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya
(misalnya adanya pemogokan buruh, banjir, perubahan ekonomi mendadak).
2.3. Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Modal Kerja
Modal kerja yang cukup memang sangat penting bagi suatu
perusahaan. Menurut Munawir S (1995 : 117) untuk menentukan jumlah modal kerja
yang dianggap cukup oleh suatu perusahaan bukanlah hal yang mudah. Karena modal
kerja yang dibutuhkan oleh suatu perusahaan tergantung atau dipengaruhi oleh
beberapa faktor sebagai berikut:
1.
Sifat
atau tipe dari perusahaan
Modal kerja dari suatu perusahaan jasa relatif akan lebih rendah
bila dibandingkan dengan kebutuhan modal kerja perusahaan industri, karena untuk
perusahaan jasa tidak memerlukan investasi yang besar dalam kas, piutang maupun
persediaan. Kebutuhan uang tunai untuk membayar pegawainya maupun untuk
membiayai operasinya dapat dipenuhi dari penghasilan atau penerimaan-penerimaan
saat itu juga, sedangkan piutang biasanya dapat ditagih dalam waktu yang
relatif pendek. Sifat dari perusahaan jasa biasanya memiliki atau harus
menginvestasikan modal-modalnya sebagian besar pada aktiva tetap yang digunakan
untuk memberikan pelayanan atau jasanya kepada masyarakat.
Sedangkan untuk perusahaan industri,
keadaan sangatlah ekstrim karena perusahaan industri harus mengadakan investasi
yang cukup besar dalam aktiva lancar agar perusahaan tidak mengalami kesulitan
dalam operasinya sehari-hari.
2.
Waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi atau
memperoleh barang yang akan dijual serta harga persatuan barang tersebut
Kebutuhan modal kerja suatu perusahaan
berhubungan langsung dengan waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh barang yang
akan dijual maupun bahan dasar yang akan diproduksi sampai barang tersebut
dijual. Karena semakin panjang waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi atau
memperoleh barang tersebut semakin besar pula modal kerja yang dibutuhkan.
Disamping itu pokok persatuan barang untuk mempengaruhi besar kecilnya modal
kerja yang dibutuhkan.
3.
Syarat
pembelian bahan atau barang dagang
Syarat pembelian barang dagangan atau
bahan dasar yang akan dibutuhkan untuk memproduksi barang sangat mempengaruhi
jumlah modal kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan yang bersangkutan. Jika
syarat kredit yang diterima pada waktu pembelian yang menguntungkan, semakin
sedikit uang kas yang harus diinvestasikan dalam persediaan bahan atau barang
dagangan, sebaliknya bila pembayaran atas bahan atau barang yang dibeli
tersebut harus dilakukan dalam jangka waktu yang pendek maka uang kas yang
diperlukan untuk membiayai persediaan semakin besar pula.
4.
Syarat penjualan
Semakin lunak kredit yang digunakan oleh
perusahaan kepada para pembeli akan mengakibatkan semakin besar jumlah modal
kerja yang harus diinvestasikan dalam sektor piutang. Untuk memperendah dan
memperkecil jumlah modal kerja yang harus diinvestasikan dalam piutang dan
untuk memperkecil adanya piutang yang tidak dapat ditagih, sebaiknya perusahaan
memberikan potongan tunai kepada pembeli, karena dengan begitu pembeli akan
tertarik untuk membayar hutangnya dalam periode diskonto tersebut.
5.
Tingkat perputaran persediaan
Tingkat perputaran persediaan menunjukkan
berapa kali persediaan tersebut diganti dalam arti dibeli atau dijual kembali.
Semakin tingkat perputaran persediaan tersebut maka jumlah modal kerja yang
dibutuhkan (terutama yang harus diinvestasikan dalam persediaan) semakin
rendah. Untuk dapat mencapai tingkat perputaran yang tinggi, maka harus
diadakan perencanaan dan pengawasan pekerjaan secara teratur dan efisien.
Selain itu semakin cepat atau semakin tinggi perputaran akan semakin
memperkecil resiko kerugian yang disebabkan karena penurunan harga atau karena
perubahan selera konsumen, disamping itu menghemat ongkos penyimpanan dan
pemeliharaan terhadap persediaan tersebut.
2.4. Langkah-langkah
Dalam Analisis Sumber Dan Penggunaan Modal Kerja
Sebelum mengemukakan langkah-langkah dalam
menganalisis sumber dan penggunaan modal kerja, akan dikemukakan terlebih dahulu
yang termasuk kedalam sumber modal kerja dan juga penggunaan modal kerja.
2.4.1 Sumber Modal Kerja
Munawir S (1995 : 119) menjelaskan pada dasarnya sumber
modal kerja itu terdiri dari 2 bagian pokok, yaitu:
a.
Bagian yang tetap atau bagian yang permanen yaitu
jumlah minimum yang harus tersedia agar perusahaan dapat berjalan dengan lancar
tanpa kesulitan keuangan, dan
b.
Jumlah modal kerja yang variabel yang jumlahnya
tergantung pada aktivitas musiman dan kebutuhan-kebutuhan diluar aktivitas yang
biasa.
Sedangkan
sumber-sumber modal kerja suatu perusahaan menurut Munawir S (1995 : 121) pada
umumnya dapat berasal dari :
1)
Hasil operasi perusahaan, adalah jumlah pendapatan yang
nampak dalam laporan perhitungan laba rugi ditambah dengan depresiasi dan
amortisasi.
2)
Keuntungan dari penjualan surat-surat berharga
(investasi jangka pendek), dalam menganalisis sumber modal kerja yang berasal
dari keuntungan penjualan surat-surat berharga harus dipisahkan dengan modal
kerja yang berasal dari hasil usaha pokok perusahaan. Dari hasil penjualan
surat berharga ini menyebabkan terjadinya perubahan dalam unsur modal kerja
yaitu dari bentuk surat berharga berubah menjadi kas.
3)
Penjualan aktiva tidak lancar, perubahan aktiva tidak
lancar menjadi kas atau piutang akan menyebabkan bertambahnya modal kerja.
Apabila hasil dari penjualan aktiva tetap atau aktiva tidak lancar ini tidak
digunakan untuk mengganti aktiva yang bersangkutan, akan menyebabkan keadaan
aktiva lancar sedemikian besarnya sehingga melebihi jumlah modal kerja yang dibutuhkan
(adanya modal kerja yang berlebih-lebihan).
4)
Penjualan saham atau obligasi, Perusahaan dapat
mengeluarkan obligasi atau bentuk hutang jangka panjang guna memenuhi kebutuhan
modal kerjanya penjualan obligasi ini mempunyai konsekuensi bahwa perusahaan
harus membayar bunga tetap, oleh karena itu dalam mengeluarkan hutang dalam
bentuk obligasi ini harus disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan Penjualan
obligasi yang tidak sesuai dengan kebutuhan (terlalu besar) disamping
menimbulkan beban bunga yang besar, juga akan mengakibatkan keadaan aktiva
lancar yang besar sehingga melebihi jumlah modal kerja yang dibutuhkan.
2.4.2. Penggunaan Modal
Kerja
Penggunaan modal kerja akan menyebabkan perubahan
bentuk maupun penurunan jumlah aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan,
tetapi penggunaan aktiva lancar tidak selalu diikuti dengan berubahnya atau
turunnya jumlah modal kerja yang dimiliki oleh perusahaan.
Penggunaan yang mengakibatkan turunnya modal kerja
menurut Munawir S (1995 : 125) adalah sebagai berikut :
1)
Pembayaran biaya atau ongkos-ongkos operasi perusahaan.
2)
Kerugian-kerugian yang diderita oleh perusahaan karena
adanya penjualan surat-surat berharga atau efek, maupun kerugian insidentil
lainnya.
3)
Adanya pembentukan dana atau pemisahan aktiva lancar untuk
tujuan tertentu dalam jangka panjang.
4)
Adanya penambahan atau pembelian aktiva tetap,
investasi jangka panjang atau aktiva lancar lainnya yang mengakibatkan
berkurangnya aktiva lancar atau timbulnya hutang lancar yang berakibat
berkurangnya modal kerja.
5)
Pembayaran hutang-hutang jangka panjang yang meliputi
hutang hipotik, hutang obligasi maupun bentuk hutang lainnya, serta penarikan
atau pembelian kembali saham perusahaan yang beredar, atau adanya penurunan
hutang jangka panjang diimbangi dengan berkurangnya aktiva lancar.
6)
Pengambilan uang atau barang dagangan oleh pemilik
perusahaan untuk kepentingan pribadinya. Dengan kata lain adanya penurunan
sektor modal yang diimbangi dengan berkurangnya aktiva lancar atau bertambahnya
hutang lancar dalam jumlah yang sama.
Disamping
penggunaan aktiva lancar yang mengakibatkan berkurangnya modal kerja tersebut,
ada pula pemakaian aktiva lancar yang tidak merubah jumlahnya baik jumlah modal
kerjanya maupun jumlah aktiva lancarnya itu sendiri, yaitu penggunaan modal kerja
atau aktiva lancar yang hanya menyebabkan atau mengakibatkan berubahnya bentuk
aktiva lancar (modal tidak berubah), misalnya :
- Pembelian efek secara
tunai.
- Pembelian barang
dagangan atau bahan-bahan lainnya secara tunai.
- Perubahan suatu bentuk piutang
kebentuk piutang lainnya.
2.4.3. Langkah-langkah
Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja
Laporan tentang perubahan modal kerja akan memberikan
gambaran tentang bagaimana manajemen mengelola perputaran atau sirkulasi
modalnya. Laporan ini akan dapat memberikan jawaban atas berbagai pertanyaan
yang mungkin timbul baik dari pihak manajemen, para pemegang saham, kreditur,
maupun pihak-pihak lainnya.
Adapun langkah-langkah dalam penyusunan laporan sumber
dan penggunaan modal kerja menurut Bambang Riyanto (1995:355) adalah sebagai
berikut :
1)
Menyusun laporan perubahan modal kerja, laporan ini
menggambarkan perubahan dari masing-masing unsur modal kerja antara dua titik
waktu. Dengan laporan tersebut dapat diketahui adanya kenaikan atau penurunan
modal kerja dan besarnya perubahan modal kerja.
2)
Mengelompokan perubahan-perubahan dari unsur-unsur non
current accaounts antara dua titik waktu tersebut kedalam golongan yang
mempunyai efek memperbesar modal kerja dan golongan yang mempunyai efek
memperkecil modal kerja.
3)
Mengelompokan unsur-unsur dalam laporan laba ditahan
kedalam golongan yang perubahannya mempunyai efek memperbesar modal kerja dan
golongan yang mempunyai efek memperkecil modal kerja.
4)
Berdasarkan informasi diatas dapatlah disusun laporan
sumber-sumber dan penggunaan modal kerja.
BAB
III
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
3.1. Sejarah singkat PT. INDOMARET
Jawa Tengah,
Yogjakarta, Bali, Lampung, Medan, Palembang, dan Samarinda. Di DKI Jakarta
terdapat sekitar 488 gerai. Indomaret mudah ditemukan di daerah perumahan,
gedung perkantoran dan fasilitas umum karena penempatan lokasi gerai didasarkan
pada motto "mudah dan hemat".Lebih dari 3.500 jenis produk makanan
dan non-makanan tersedia untuk memenuhi kebutuhan konsumen sehari-hari.
Indomaret adalah jaringan
peritel
waralaba di
Indonesia.
Indomaret merupakan salah satu anak perusahaan
Grup Salim.Indomaret
merupakan jaringan
minimarket yang menyediakan kebutuhan pokok dan
kebutuhan sehari-hari dengan luas penjualan kurang dari 200 M2. Dikelola oleh
PT. Indomarco Prismatama, cikal bakal pembukaan Indomaret di Kalimantan dan
toko pertama dibuka di Ancol, Jakarta Utara, pada tahun 1988. Tahun 1997
perusahaan mengembangkan bisnis gerai waralaba pertama di Indonesia, setelah
Indomaret teruji dengan lebih dari 230 gerai. Pada Mei 2003 Indomaret meraih
penghargaan "Perusahaan Waralaba 2003" dari Presiden
Megawati Soekarnoputri. Hingga 2014
Indomaret mencapai 10.600 gerai. Dari total itu 2.444 gerai adalah milik
sendiri dan sisanya 1.817 gerai waralaba milik masyarakat, yang tersebar di
kota-kota di Jabodetabek, Jawa Barat, Jawa Timur, Pada awal tahun 2011,
Indomaret mengubah logo baru, yaitu logo Indomaret di dalam kotak berwarna
merah, biru dan kuning dari atasnya.
3.2. Struktur
Organisasi
Organisasi adalah suatu wadah yang terdiri dari sejumlah
orang untuk mencapai suatu tujuan, oleh karena itu pengorganisasian suatu perusahaan
itu penting, dengan menempatkan orang-orang yang tepat dibidangnya demi
mencapai tujuan perusahaan.
Adapun bentuk dari pada struktur organisasi PT.
INDOMARET, akan dijelaskan sebagai berikut :
1.
RUPS
a. Membuat Anggaran Dasar
b. Mengangkat
dan memberhentikan Dewan Komisaris dan Direktur
c. Menetapkan
arah, sasaran, dan tujuan jangka panjang perusahaan.
2.
Board of Commisioner
a. Menentukan garis besar kegiatan perseroan
b. Memberikan petunjuk
kerja pada direksi setelah mendapatkan
persetujuan dari RUPS.
c. Mengawasi
kegiatan perusahaan secara keseluruhan.
d. Memberi
nasehat-nasehat kepada pihak manajerial dibawahnya.
3.
Chief Executive Officer
a. Menentukan dan
menetapkan strategi, tujuan utama dan kebijaksanaan pengembangan perusahaan.
b. Menyiapkan
rencana dan anggaran serta aliran kas keuangan perusahaan.
c. Menetapkan
permodalan anggaran dan aliran kas keuangan perusahaan.
d. Menetapkan tugas,
tanggung jawab dan wewenang setiap pejabat yang berada di bawah pimpinannya.
e. Memberikan bimbingan
dan pengarahan umum, saran-saran dan perintah kepada bawahan dalam rangka
pelaksanaan tugas masing-masing bawahan.
f. Mengawasi jalannya
perusahaan dan mengadakan perubahan-perubahan yang diperlukan sejalan dengan
kebutuhan akan perkembangan perusahaan.
g. Mengkoordinasikan
kegiatan unsur organisasi agar dapat berjalan lebih efisien dan efektif sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
h. Menentukan pengambilan
keputusan terakhir untuk intern perusahaan dan untuk mewakili nama perusahaan.
4.Corporate Secretary and Legal
Mengatasi
masalah yang berkaitan dengan hukum seperti mengurus ijin bangunan Hero,
mengadakan kerja sama dengan pihak kontraktor.
5.
Internal Auditor
Memeriksa
system dan prosedur yang dilaksanakan serta keakuratan data-data yang dibuat
oleh masing-masing divisi yang terkait dalam perusahaan.
6.
Human Resources Director
Bertanggung jawab atas program-program kegiatan kepegawaian.
7.
Employment Manager
Bertanggung
jawab mengurus kegiatan perekrutan, penempatan, penilaian prestasi kerja dan
pemberhentian karyawan.
8.Training & Development Manager
Bertanggung jawab atas pelatihan dan pengembangan karyawan.
9.
Office Manager
a. Logistik,
mengatur perlengkapan dan prasarana operasional.
b. Service, mengatur
pengiriman barang dan keberadaan kendaraan operasional.
10. Compensation
& Human Resources Administration Manager.
Memberikan dispensasi khusus dan mengatur jadwal training.
11. Employe
& Industrial Manager
Bertanggung
jawab atas kesejahteraan karyawan dan menangani praktek kerja lapangan karyawan.
12. Finance
Director
a. Mengawasi
pemasukan dan pengeluaran uang kas dan uang di bank.
b. Menyetujui
anggaran keuangan tiap bagian.
c. Meminta laporan
keuangan setiap bulan serta meneliti penyimpangan yang terjadi pada tiap
anggaran keuangan tersebut.
d. Bertindak sebagai
penghubung kepada pihak ketiga, khususnya mengenai laporan pajak dan perbankan.
e. Bertanggung
jawab kepada direktur pengelola.
13. Finance
Manager
a. Bertanggung
jawab atas pengeluaran keuangan perusahaan yang menyangkut pada kebijaksanaan
penggunaan dana atas segala kegiatan usaha.
b. Merencanakan
sumber-sumber keuangan.
c. Mengatur
pengalokasian dan penggunaan dana-dana.
d. Bertanggung jawab
untuk memberikan informasi keuangan dan hasil produksi.
14. Accounting
Manager
Bertanggung
jawab atas kegiatan pencatatan, penggolongan, peringkasan, dan penyajian
laporan keuangan perusahaan.
15. Payroll
Manager
Bertanggung jawab atas pembayaran gaji karyawan.
16. Regional
Accounting Manager
Bertanggung
jawab atas kegiatan akuntansi untuk cabang-cabang diluar wilayah Jabotabek.
17. Merchandising
& Marketing Director
a. Bertanggung
jawab atas keseluruhan kegitan pemasaran produksi.
b. Memperkenalkan
Produk baru.
c. Melaksanakan
survei pasar atas produk.
d. Merencanakan
dan menyelenggarakan semua kegiatan pemasaran dan penjualan hasil produksi.
e. Menyelenggarakan
semua kegiatan penelitian dan pengembangan pemasaran.
18. Fresh
Food General Manager
Bertanggung
jawab terhadap pengadaan barang dagang dalam bentuk makanan segar untuk
supermarket.
19. Grocery
General Manager
Bertanggung
jawab terhadap pengadaan barang dagang dalam bentuk grocery untuk supermarket.
20. Marketing
General Manager
Bertanggung
jawab terhadap pengadaan program promosi dalam rangka peningkatan penjualan.
21. Food
Service General Manager
Bertanggung
jawab dalam mengontrol kelayakan suatu barang yang akan dijual.
22. Distributor
& Logistik General Manager
Bertanggung jawab atas kegiatan pendistribusian dan
logistik perusahaan.
23. Operation
Director
a. Merencanakan
garis besar aktivitas perusahaan.
b. Mengawasi
pelaksanaan aktivitas perusahaan yang telah ditentukan.
c. Memutuskan
pembukaan outlet baru pada Chief Executive Office.
24. Regional
Operation 1 Manager
Bertanggung
jawab atas kegiatan operasional untuk supermarket Hero dalam wilayah Jabotabek.
25. Regional
Operation 2 Manager
Bertanggung
jawab atas kegiatan operasional untuk supermarket Hero dalam wilayah Jabotabek.
26. Regional
Operation 3 Manager
Bertanggung
jawab atas kegiatan operasional untuk supermarket Hero untuk wilayah Jawa dan
luar Jawa.
27. Area
Manager Store
a. Mengkoordinir semua bagian yang ada dalam
semua outlet.
b. Memeriksa
laporan dari tiap-tiap bagian yang ada untuk disampaikan pada divisi
operasional.
c. Membuat
keputusan mengenai keperluan-keperluan supermarket seperti dalam hal jumlah
pegawai, penyesuaian harga, mengatur jadwal promosi, dll.
28. Store
Manager
Bertugas
dan berwenang memimpin outlet dan mengkoordinir serta mengawasi pelaksanaan
operasional dari semua divisi di supermarket tersebut.
29. General
Affairs Director
Bertanggung jawab atas hal-hal umum kegiatan perusahaan.
30. Formalities
Manager
Bertanggung
jawab terhadap kegiatan yang bersifat formal seperti kegiatan yang berhubungan
dengan lembaga masyarakat.
31. Extern
Public Relation Coordinator
Bertanggung
jawab terhadap kegiatan yang bersifat eksternal, misalnya membina hubungan
dengan media massa.
32. Speciality
Retail General Manager
Bertanggung
jawab atas kegiatan diversivikasi produk Hero dalam berbagai bentuk.
33. Mitra
Operation Manager
34. Star
Mart Manager
35. Guardian
Manager
36. Speciality
Brand Manager
Bertnggung jawab atas kegiatan operasional toko
Speciality Brand.
37. Information
Technology General Manager
Bertanggung
jawab atas kebutuhan teknologi IT pada perusahaan, mengembangkan dan menerima
laporan perkembangan teknologi IT dari IT development.
38. IT
Development Manager
Mengembangkan teknologi IT serta melakukan prototyping.
39. IT
POS & Support Manager
a. Mengatasi
kerusakan maupun kekeliruan yang terjadi pada system komputer.
b. Bertanggung
jawab atas pentransferan data dari pusat ke cabang atau dari cabamg ke pusat.
40. Property
& Project General Manager
Mengadakan sarana dan prasarana bagi pendirian cabang
baru.
41. Site
Development Manager
Bertanggung
jawab terhadap perencanaan, penentuan, lokasi tanah dan bangunan cabang yang
baru.
42. Planning
& Design manager
Bertanggung jawab atas perencanaan dan tata design
ruangan.
43. Repair
Maintenanche Manager
Bertanggung
jawab atas kegiatan pemeliharaan dan perbaikan bangunan perusahaan seperti :
peralatan listrik, air, dan peralatan perusahaan lainnya.
44. Proccurenment
Manager
Bertanggung
jawab mengatur dan mengkoordinir pengadaan barang-barang untuk melaksanakan
kegiatan operasional cabang perusahaan yang baru.
45. Property
& Operation manager
Mengatur dan mengawasi pelaksanaan pembangunan cabang
yang baru.
46. Lease
Marketing manager
Membina
hubungan kerja sama dengan pihak lain dalam rangka memanfaatkan kapasitas lebih
dari ruangan.
47. Loss
Prevention Manager
Bertanggung
jawab menyelidiki masalah yang menimbulkan kerugian serta mencari tindakan
lanjutnya.