1.BERFIKIR DEDUKTIF
Deduksi berasal dari bahasa
Inggris deduction yang berarti penarikan kesimpulan dari keadaan-keadaan
yang umum, menemukan yang khusus dari yang umum. Deduksi adalah cara berpikir
yang di tangkap atau di ambil dari pernyataan yang bersifat umum lalu ditarik
kesimpulan yang bersifat khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya
mempergunakan pola berpikir yang dinamakan silogismus.
Dalam deduktif telah diketahui
kebenarannya secara umum, kemudian bergerak menuju pengetahuan baru tentang
kasus-kasus atau gejala-gejala khusus atau individual. Jadi deduksi adalah
proses berfikir yang bertolak dari sesuatu yang umum (prinsip, hukum, toeri,
keyakinan) menuju hal khusus. Berdasarkan sesuatu yang umum itu ditariklah
kesimpulan tentang hal-hal yang khusus yang merupakan bagian dari kasus atau
peristiwa itu.
Contoh :
Semua mahluk akan mati.
Manusia adalah mahluk.
Karena itu semua manusia akan
mati.
Contoh di atas merupakan bentuk
penalaran deduktif. proses penalaran itu berlangsung dalam tiga tahap. Pertama,
generalisasi sebagai pangkal tolak. Kedua, penerapan atau perincian
generalisasi melalui kasus tertentu. Ketiga, kesimpulan deduktif yang berlaku
bagi kasus khusus itu. Deduksi menggunakan silogisme dan entimem.
Dapat disimpulkan secara lebih
spesifik bahwa argumen berpikir deduktif dapat dibuktikan kebenarannya.
Kebenaran konklusi dalam argumen deduktif bergantung pada dua hal, yaitu
kesahihan bentuk argumen berdasarkan prinsip dan hukumnya; dan kebenaran isi
premisnya berdasarkan realitas. Sebuah argumen deduktif tetap dapat dikatakan
benar berdasarkan bentuknya, meskipun isinya tidak sesuai dengan realitas yang
ada; atau isi argumen deduktif benar menurut realitas meskipun secara bentuk ia
tidak benar.
Dalam deduktif uraian mengenai
proses berpikir antara lain
1. Silogisme Kategorial
Silogisme kategorial adalah
silogisme yang semua proposisinya merupakan kategorial. Proposisi yang
mendukung silogisme disebut dengan premis yang kemudian dapat dibedakan menjadi
premis mayor (premis yang termnya menjadi predikat), dan premis minor ( premis
yang termnya menjadi subjek). Yang menghubungkan di antara kedua premis tersebut
adalah term penengah (middle term). Contoh:
Semua tumbuhan
membutuhkan air. (Premis Mayor)
Akasia adalah
tumbuhan (premis minor).
Hukum-hukum Silogisme Katagorik.
Apabila salah satu premis
bersifat partikular, maka kesimpulan harus partikular juga.
Contoh:
Semua
yang halal dimakan
menyehatkan (mayor).
Sebagian
makanan tidak menyehatkan (minor).
∴ Sebagian makanan tidak halal
dimakan (konklusi).
Apabila salah satu premis
bersifat negatif, maka kesimpulannya harus negatif juga.
Contoh:
Semua korupsi tidak
disenangi (mayor).
Sebagian
pejabat korupsi (minor).
∴ Sebagian pejabat tidak disenangi
(konklusi).
Apabila kedua premis bersifat
partikular, maka tidak sah diambil kesimpulan.
Contoh:
Beberapa politikus tidak
jujur (premis 1).
Bambang adalah
politikus (premis 2).
Kedua premis tersebut tidak bisa
disimpulkan. Jika dibuat kesimpulan, maka kesimpulannya hanya bersifat
kemungkinan (bukan kepastian). Bambang mungkin tidak jujur (konklusi).
Apabila kedua premis bersifat
negatif, maka tidak akan sah diambil kesimpulan. Hal ini dikarenakan tidak ada
mata rantai yang menhhubungkan kedua proposisi premisnya. Kesimpulan dapat
diambil jika salah satu premisnya positif.
Contoh:
Kedua premis tersebut tidak
mempunyai kesimpulan
Apabila term penengah dari suatu
premis tidak tentu, maka tidak akan sah diambil kesimpulan. Contoh; semua ikan
berdarah dingin. Binatang ini berdarah dingin. Maka, binatang ini adalah ikan?
Mungkin saja binatang melata.
Term-predikat dalam kesimpulan
harus konsisten dengan term redikat yang ada pada premisnya. Apabila tidak
konsisten, maka kesimpulannya akan salah.
Contoh:
Kerbau adalah
binatang.(premis 1)
Kambing bukan
kerbau.(premis 2)
∴ Kambing bukan binatang ?
Binatang pada konklusi merupakan
term negatif sedangkan pada premis 1 bersifat positif
Term penengah harus bermakna
sama, baik dalam premis mayor maupun premis minor. Bila term penengah bermakna
ganda kesimpulan menjadi lain.
Contoh:
Bulan itu
bersinar di langit.(mayor)
Januari adalah
bulan.(minor)
∴ Januari bersinar dilangit?
Silogisme harus terdiri tiga
term, yaitu term subjek, predikat, dan term, tidak bisa diturunkan konklsinya.
Contoh:
Kucing adalah
binatang.(premis 1)
Domba adalah
binatang.(premis 2)
Beringin adalah
tumbuhan.(premis3)
Sawo adalah
tumbuhan.(premis4)
Dari premis tersebut tidak dapat
diturunkan kesimpulannya
2. Silogisme Hipotesis
Silogisme hipotesis atau
silogisme pengandaian adalah semacam pola penalaran deduktif yang
mengandung hipotese. Silogisme hipotetis bertolak dari suatu pendirian, bahwa
ada kemungkinan apa yang disebut dalam proposisi itu tidak ada atau tidak
terjadi. Premis mayornya mengandung pernyataan yang bersifat hipotesis. Oleh
karena sebab itu rumus proposisi mayor dari silogisme ini adalah:
Jika P, maka Q
Contoh :
Premis mayor : Jika tidak turun
hujan, maka panen akan gagal.
Premis minor : Hujan tidak
turun.
Konklusi
: Sebab itu panen akan gagal.
3. Silogisme Alternatif
Silogisme alternatif adalah
silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi
alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya.
Kesimpulannya akan menolak alternatif yang lain.
Contoh:
Nenek Sumi
berada di Bandung.
∴ Jadi, Nenek Sumi tidak berada di
Bogor.
4. Entimem
Silogisme sebagai suatu cara
untuk menyatakan pikiran tampaknya bersifat artifisial. Dalam kehidupan
sehari-hari biasanya silogisme itu muncul hanya dengan dua proposisi, salah
satunya dihilangkan. Walaupun dihilangkan, proposisi itu tetap dianggap ada
dalam pikiran, dan dianggap diketahui pula oleh orang lain. Bentuk semacam ini
dinamakan entimem yang berarti ‘simpan dalam ingatan’ dalam bahasa
yunani. Dalam tulisan-tulisan bentuk inilah yang dipergunakan, dan bukan bentuk
yang formal seperti silogisme.
Contoh :
Premis mayor
: Siapa saja yang dipilih mengikuti pertandingan Thomas Cup adalah Seorang
pemain kawakan.
Premis minor
: Rudy Hartono terpilih untuk mengikuti pertandingan Thomas Cup.
Konklusi
: Sebab itu Rudy Hartono adalah seorang pemain (bulu tangkis) kawakan.
Entimem
: Rudy hartono adalah seorang pemain bulu tangkis kawakan, karena terpilih
untuk mengikuti pertandingan Thomas Cup
2. INDUKTIF
Induktif adalah salah satu metode
berpikir, induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak
dari hal-hal khusus ke umum. Hukum yang disimpulkan difenomena yang diselidiki
berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diteliti.
Definisi Berpikir Induktif
Berpikir induktif adalah metode
yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke umum.
Hukum yang disimpulkan difenomena yang diselidiki berlaku bagi fenomena sejenis
yang belum diteliti.
Ada 3 macam penalaran
Induktif :
1. Generalisasi
Merupakan penarikan kesimpulan
umum dari pernyataan atau data-data yang ada.
Dibagi menjadi 2 :
a. Generalisasi Sempurna / Tanpa loncatan induktif
Fakta
yang diberikan cukup banyak dan meyakinkan.
Contoh :
-
Sensus Penduduk.
-
Jika dipanaskan, besi memuai.
Jika
dipanaskan, baja memuai.
Jika
dipanaskan, tembaga memuai.
Jadi,
jika dipanaskan semua logam akan memuai.
b. Generalisasi Tidak Sempurna /
Dengan loncatan induktif
Fakta
yang digunakan belum mencerminkan seluruh fenomena yang ada.
Contoh :
Setelah kita menyelidiki sebagian
bangsa Indonesia bahwa mereka adalah manusia yang suka bergotong-royong,
kemudian kita simpulkan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang suka bergotong-royong.
2. Analogi
Merupakan
penarikan kesimpulan berdasarkan kesamaan data atau fakta. Pada analogi
biasanya membandingkan 2 hal yang memiliki karakteristik berbeda namun dicari
persamaan yang ada di tiap bagiannya.
Tujuan dari analogi :
Tujuan dari analogi :
-
Meramalkan kesamaan.
-
Mengelompokkan klasifikasi.
-
Menyingkapkan kekeliruan.
Contoh :
Ronaldo adalah pesepak bola.
Ronaldo berbakat bermain bola.
Ronaldo adalah pemain real
madrid.
3.Kausal Merupakan
proses penarikan kesimpulan dengan prinsip sebab-akibat.
Terdiri dari 3 pola, yaitu :
Terdiri dari 3 pola, yaitu :
a. Sebab ke akibat =
Dari peristiwa yang dianggap sebagai akibat ke kesimpulan sebagai efek.
Contoh : Karena terjatuh di
tangga, Kibum harus beristirahat selama 6 bulan.
b. Akibat ke sebab =
Dari peristiwa yang dianggap sebagai akibat ke kejadian yang dianggap
penyebabnya.
Contoh : Jari kelingking
Leeteuk patah karena memukul papan itu.
c. Akibat ke akibat =
Dari satu akibat ke akibat lainnya tanpa menyebutkan penyebabnya.
Keraf
Gorys, Argumentasi dan Narasi. Jakarta: Penerbit PT Gramedia, 1989.
Aadanwde, ‘Berfikir
Induktif dan Deduktif’ Gorys keraf. (Online). (http://aadanwde.wordpress.com/2012/04/21/berfikir-induktif-dan-deduktif-gorys-keraf/